I. AKHLAK TERHADAP ILMU
Sebagai penuntut ilmu perlu kiranya memahami beberapa
hal berikut ini ;
1. Ilmu Adalah Milik Allah
Ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kepada manusia
yang menjadikan segalanya Nampak jelas dan terang,
baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Sering kita mendapati persepsi salah dari seseorang,
bahwa seolah-olah yang ada kaitannya dengan Allah
adalah ilmu yang sifatnya menunjukan orang tentang cara
beribadah dan urusan-urusan akhirat. Sedangkan urusan
dunia, seolah-olah tidak ada kaitannya dengan Allah dan
bahkan agama itu sendiri. Padahal tidak demikian adanya,
akan tetapi ilmu Allah mencakup seluruh ilmu
pengetahuan baik ilmu alam, ilmu sosial terlebih ilmu
yang bersumber dari wahyu dari langit.
2. Mencari Ilmu adalah ibadah
mencari ilmu bukanlah sekedar datang ke sekolah atau
kampus, untuk mendengar atau mencatat apa yang di
sampaikan oleh guru, melainkan dengan ilmunya ia harus
mengenal penciptanya, mengembangkan diri,
mengembangkan kemampuan untuk bisa memanfaatkan
kebaikan-kebaikan yang Allah sediakan di alam semesta
ini. Oleh karena mencari ilmu adalah ibadah, maka Imam
ja’far as shodiq mengajarkan untuk selalu di mulai belajar
dengan thoharoh (bersuci) agar terhindar dari gangguan
setan.
Karena mencari ilmu adalah ibadah, maka seseorang
pencari ilmu harus melepaskan diri dari berbagai
kesibukan yang lain. Sebab selagi pikiran bercabang-
cabang maka kemampuannya menggali hakekat menjadi
terbatas. Dan orang-orang terdahulu (salaf) lebih
mementingkan ilmu dari hal-hal yang lainnya.1
3. Ilmu Bukanlah Sesuatu Yang Di Hafal Dalam
Fikiran, Tetapi Yang Bermanfaat Dalam Perbuatan.
Seringkali di fahami oleh kebanyakan pelajar maupun
mahasiswa, bahwa ilmu itu sekedar pengetahuan yang
banyak, sehingga dengan susah payah mereka mencoba
untuk menghafal materi pelajaran. Itu adalah suatu
pemahaman yang tidak tepat, karena sejatinya, di katakan
ilmu jika ia bermanfaat dalam perbuatan, sehingga yang
harus menjadi konsentrasi para penuntut ilmu adalah
bagaimana menjadikan ilmu ibarat cahaya yang akan di
gunakan untuk menerangi jalannya, bukan sekedar
mengumpulkan cahaya sebanyak-banyaknya, tanpa
mengetahui untuk apa cahaya-cahaya itu.
“ Siapa bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambaah
petunjuknya (amalnya tidak semakin baik) maka ia hanya akan
semakin jauh dari Allah” (HR. Ad Darimi).
4. Mencari Ilmu Ada Syarat-syaratnya
Berangkat dari pemahaman bahwa ilmu adalah milik
Allah, maka seorang muslim harus memahami bahwa
ilmu yang ia tuntut dan pelajari bukan berasal dari tempat
sampah yang tidak lagi ada pemiliknya, namun ia adalah
karunia dari Allah yang harus kita ambil dengan penuh
hikmat seraya memohon kepada Allah agar Ia berkenan
memberikan pemahaman yang baik akan ilmu itu kepada
kita. Oleh karenanya perlu sebagai seorang pelajar dan
muslim untuk mengetahui syarat-syarat dalam menuntut
ilmu.
Menurut Imam Syafi’i Ra, siapa yang ingin sukses
menuntut ilmu harus memenuhi 6 perkara:
a. Kecerdasan
Maksud kecerdasan di sini adalah kesiapan untuk
belajar, karena banyak juga kita jumpai pelajar atau
mahasiswa yang tidak mempunyai kesiapan belajar,
karena ia berfikir, dari pada menggangur lebih baik
sekolah atau ngampus. Tidak mempunyai niyat kuat
untuk belajar.
b. Kesungguh-sungguhan
Ilmu tidak akan di raih kecuali hanya dengan
kesungguh-sungguhan, pepatah arab mengatakan
“siapa yang sungguh-sungguh maka ia akan dapat”.
Kesiapan belajar harus di barengi dengan kerja keras
untuk banyak membaca, menelaah, menghadiri
seminar-seminar, membentuk kelompok-kelompok
diskusi dan lain sebagainya.
c. Kesabaran
Niyat dan kesungguh-sungguhan belumlah cukup,
karena perlu kesabaran dalam menimba ilmu.
Berbagai macam rintangan, cobaan, musibah yang di
hadapi, kadang mengendurkan semangat. Berapa
banyak orang karena sebab rintangan dan musibah
yang ia alami menjadikan ia ‘banting setir’ untuk
bekerja dan tidak melanjutkan studinya.
d. Bekal yang cukup
Tidak bisa di pungkiri, bekal yang cukup menjadikan
seseorang merasa tenang dalam menimba ilmu,
meskipun bagi yang tidak punya cukup bekal, hal ini
tidak boleh menjadi penghalang dalam belajar, karena
berapa banyak orang-orang sukses dalam belajar
berawal dari keterbatasan demi keterbatasan. Jika
mengharuskan seseorang belajar sambil bekerja, perlu
di luruskan bahwa ia bekerja untuk ia bisa belajar
dengan baik. Bukan belajar sambil bekerja, dan jangan
sampai bekerja menjadi tema hidupnya pada saat itu,
sehingga menjadi tidak optimal proses belajar yang ia
lakukan.
e. Bimbingan Guru
Tidak ada satupun manusia yang bisa berlepas dari
bimbingan, bahkan Nabi dan Rasulpun perlu
bimbingan, tentu bagi mereka pembimbingnya adalah
Allah Swt.
Manusia dari sisi pengetahuan sangat terbatas, dan
apa yang di pikirkan oleh manusia itu adalah, apa yang
ada dalam pengetahuan mereka, oleh karena itu
penting bagi kita sebagai pelajar dan mahasiswa
muslim, perlu menggunakan sebanyak mungkin
pengalaman dari orang-orang yang secara
pengalaman, ia lebih luas, dan secara keilmuan lebih
dalam.
Bertanya adalah merupakan kunci kesuksesan,”siapa
malu bertanya sesat di jalan”.
f. Waktu yang lama
Maksud dari waktu yang lama, bukanlah kemudian
untuk sampai lulus tidak harus sesuai target, namun
yang di maksud diatas adalah bahwa pemahaman
bukanlah sesuatu yang instan, ia adalah sebuah hasil
dari proses yang panjang serta kesungguhan. Jika
seseorang ingin sampai pada suatu pemahaman
keilmuan tertentu, perlu banyak hal yang harus di
lakukan, seperti banyak mambaca, berdiskusi,
bergabung dengan kelompok-kelompok kajian,
menghadiri seminar-seminar, menulis dan lain-lain,
tidak cukup dengan hadir di kelas membaca buku
diktat atau sekedar membaca buku panduan.
"Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan
menutup aibnya di dunia dan di Akhirat." (HR. Muslim).
8. Mengunjungi.
Nabi saw bersabda tentang keutamaan berkunjung ini,
"Sesungguhnya ada seorang yang mengunjungi saudaranya di suatu
kampung. Maka Allah swt mengutus seorang malaikat untuk
mengawasi perjalanannya. Malaikat tadi bertanya kepadanya, "Mau
ke mana kamu?”Lalu ia menjawab, "Saya mau mengunjungi
saudaraku di kampung." Lalu ia bertanya kembali, "Apa kamu
ingin mengambil hakmu darinya?” Ia menjawab, "Tidak, tetapi
karena saya mencintainya karena Allah”. Dia berkata,
"Sesungguhnya aku adalah utusan Allah subhanahu wata’ala
kepadamu, dan sesungguhnya Allah subhanahu wata ‘ala
mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya."
(HR. Muslim).
Seseorang hendaknya mencari waktu yang tepat untuk
mengunjungi tetangganya. Tidak mendatanginya dengan
tiba-tiba atau tanpa mengabarinya terlebih dahulu atau
meminta izin kepadanya. Dan hendaklah tidak membuat
tetangga merasa terbebani atau direpotkan dengan
kunjungannya. Maka hendaklah ia tidak terlalu sering
berkunjung, khawatir kalau hal itu membosankannya dan
membuatnya menjauhkan diri darinya. Dan juga hendaklah
tidak duduk berlama-lama saat berkunjung. Kiat-kiat inilah
yang dapat membuat tetangga senang menyambut
kunjungan kita, bahkan merindukan kedatangan kita untuk
kali berikutnya.
9. Bersikap Ramah Tamah.
Bersikap ramah tamah terhadap mereka dengan ungkapan
dan ucapan yang baik dan lembut, Allah swt berfirman:
"Perkataan yang baik dan pemberian ma'af lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun". (QS. Al-Baqarah: 263).
Nabi saw bersabda:
"Saling memberi hadiahlah, niscaya kalian akan saling mencintai."
(HR. al-Bukhari dalam kitab "al-Adab al-Mufrad").
10. Tidak duduk-duduk di jalanan yang mengganggu
orang lewat.
Hal ini karena di larang oleh Rasulullah Saw, karena akan
mengganggu orang lain lewat atau menjadikan orang lain
merasa sungkan.
Rasulullah Saw bersabda :” Jagalah oleh kalian untuk tidak
duduk-duduk di pinggir jalanan” , mereka bertanya : wahai
Rasulullah bagaimana jika kami harus melakukan itu di sana?
Rasulullah bersabda :” jika kalian harus juga melakukan hal itu
maka berilah jalan itu haknya “ , mereka bertanya : apakah hak
jalan itu wahai baginda Rasulullah?, Rasulullah bersabda :
”jagalah pandangan, jangan menggangu orang lewat, jawablah salam,
amar makruf nahi munkar”. (HR. Bukhori Muslim).
IX. AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Dan pada
dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia
dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan,
serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan
mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga
sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.
Dan di antara bentuk akhlak kita terhadap lingkungan adalah
:
1. Tidak membuang sampah sembarangan
Selain bahwa membuang sampah sembarangan
sebenarnya menggambarkan tentang kepribadian buruk
seseorang seperti; sifat kurang bertanggungjawab, suka
melempar masalah untuk di selesaikan orang lain,
kepribadian yang tidak teratur dan lain-lain, ia juga
menjadikan lingkungan kurang baik.
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
” sesungguhnya Allah itu indah dan suka akan keindahan”
(HR.Muslim).
Dalam hal ini, ajaran pertama dalam fikih Islam adalah
ajaran bersuci, yang menggambarkan bagaimana
perhatian Islam terhadap kebersihan sehingga cinta akan
kerapian dan kebersihan merupakan karakter yang
melekat pada kepribadian seorang muslim.
Rasulullah saw bersabda :
” bersuci itu separoh dari iman”(HR.Muslim)
2. Menjaga kelestarian tetumbuhan
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah
bersabda dalam hadits shohih :
"Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara
kalian terdapat bibit pohon korma; jika ia mampu untuk tidak
berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah". (HR.
Ahmad dan Bukhori).
"Tak akan tegak hari kiamat sampai tanah Arab menjadi tanah
subur, dan sungai-sungai". (HR. Ahmad dan Muslim).
Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits ini,
maka mereka berlomba-lomba dan saling mendorong
untuk melakukan program penghijauan ini, karena ingin
mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla- di
dunia dan di akhirat berupa ganjaran pahala.
Dan Rasulullah saw juga memotivasi umatnya untuk
selalu cinta dengan melakukan penghijauan seperti sabda
beliau :
"Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu
yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya,
dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan
oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu
akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh
burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya.
Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi
sedekah baginya" .(HR. Muslim).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-
Nawawiy -rahimahullah- berkata menjelaskan faedah-
faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits
ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman,
bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir)
selama pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit)
yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada. Para
ulama silang pendapat tentang pekerjaan yang paling baik
dan paling afdhol. Ada yang berpendapat bahwa yang
terbaik adalah perniagaan. Ada yang menyatakan bahwa
yang terbaik adalah kerajinan tangan. Ada juga yang
menyatakan bahwa yang terbaik adalah bercocok tanam.
Inilah pendapat yang benar. Aku telah memaparkan
penjelasannya di akhir bab Al-Ath’imah dari kitab Syarh
Al-Muhadzdzab. Di dalam hadits-hadits ini terdapat
keterangan bahwa pahala dan ganjaran di akhirat
hanyalah khusus bagi kaum muslimin, dan bahwa
seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang
dicuri dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau
burung atau sejenisnya". 4
Lebih dari pada itu semua, bahwa Allah telah
mengingatkan kepada umat manusia akan bahaya
eksploitasi alam seperti dalam firmanNya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).( QS. Ar Ruum : 41).
3. Tidak menyiksa hehewanan
Meskipun ia adalah hewan namun Allah telah
menggariskan kepada umat Islam, untuk berlaku baik
terhadapnya. Hal ini seperti yang di sabdakan rasulullah
saw :
“ Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik terhadap segala
sesuatu, maka apabila kalian membunuh, bunuhlah dengan baik,
dan apabila kalian menyembelih, sembelihlah dengan baik,
hendaklah seseorang menajamkan pisaunya dan menjadikan
tenang kematian sembelihannya” (HR.Muslim).
Hadits di atas menerangkan bahwa memang kadang kita
harus membunuh hewan karena hewan itu adalah hewan
yang boleh di bunuh. Di dalam Islam kita diajarkan untuk
menghargai kehidupan sesama makhluk Allah. Namun
Al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar hukum Islam
mengizinkan manusia untuk membunuh beberapa
hewan tertentu.
Hewan yang diperintahkan untuk dibunuh, yakni :
a. Tikus
b. Kalajengking
c.Burung gagak dan sejenisnya/burung layang-layang
d. Anjing predator
e. Tokek/Cicak
f. Ular.
Berdasarkan hadits – hadits berikut ini :
Diriwayatkan dari Aisyah –radiallahu ’anha- dari Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“ Ada lima binatang yang boleh dibunuh ditanah haram: Tikus,
Kalajengking, Burung layang-layang/Sejenis gagak dan anjing
predator.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lainnya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda:
” Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat
halal dan haram, yaitu ular, burung gagak yang berwarna belang-
belang, tikus, anjing yang suka menggigit, dan burung hudaya
(sejenis rajawali).” (HR. Muslim).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash dia berkata: Sesungguhnya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh
cicak, dan beliau menyebutnya sebagai fuwaisiq (fasik kecil).”
(HR. Muslim).
Dalam riwayat lainnya Nabi Alaihishshalatu Wassalam
bersabda:
“Barangsiapa yang membunuh cicak pada pukulan pertama
maka dituliskan untuknya seratus kebaikan, jika dia
membunuhnya pada pukulan kedua maka dia mendapatkan
pahala kurang dari itu, dan pada pukulan ketiga maka dia
mendapatkan pahala kurang dari itu (HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ’anhu, dia
berkata Kami tengah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam di sebuah gua, dan saat itu turun pada beliau ayat
‘Demi Malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa
kebaikan‘ (QS Al-Mursalaat:1). Ketika kami mengambil air
dari mulut goa, tiba-tiba muncul seekor ular di hadapan kami.
Beliaupun bersabda, ‘Bunuhlah ular itu‘ Kami pun berebut
membunuhnya, dan aku berhasil mendahului. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Semoga Allah
melindungi dari kejahatan kalian sebagaimana Dia melindungi
kalian dari kejahatannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Binatang-binatang ini diperintahkan untuk dibunuh
karena termasuk bainatang yang menjijikkan dan tidak
diterima oleh tabiat yang sehat.
Jika kita harus membunuh hewan-hewan di atas hendaklah
dengan tidak menyiksanya , namun dengan cara yang bisa
mempercepat kematian mereka.
Begitulah akhlak yang telah diajarkan islam kepada kita,
sebagai agama rahmat untuk alam semesta, bukan sekedar
rahmat untuk umat manusia saja.
PENUTUP
Akhlak merupakan satu diantara tiga bagian Islam setelah
Akidah dan Syariah, dan akhlak merupakan suatu nilai luhur
kemanusian sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dan
Rasulullah datang untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia sekaligus menjadi contoh bagaimana nilai-nilai
tersebut teraplikasikan dalam kehidupan manusia.
Akhlak sebenarnya kumpulan dari nilai-nilai universal yang
sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia, yang seringkali ia
tertutupi oleh ganasnya hawa nafsu dan liarnya jiwa manusia.
Yang di perlukan oleh manusia adalah adakah contoh yang
bisa di lihat atau tidak. Dan Rasulullah di sebut oleh Al
Quran sebagai orang yang berada pada puncak nilai agung
yang tertinggi.
“ Nuun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat
Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila, dan
Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak
putus-putusnya. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka
(orang-orang kafir)pun akan melihat.” (QS. Al Qolam 1-5).
Dari uraian panduan akhlak praktis dalam buku ini, bisa di
sederhanakan dalam beberapa point :
A. Dasar-dasar akhlak kepada Islam adalah mencintai
mentaati dan memperjuangkan ajarannya, serta
muroqobatullah (merasa senantiasa dalam pengawasan
Allah swt)
B. Dasar - dasar akhlak kepada sesama manusia paling tidak
bisa di rumuskan pada sikap-sikap terdiri dari :
1. Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja.
2. Memberi perhatian kepada orang lain.
3. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.
4. Bersikap ingin membantu.
5. Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
6. Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam
situasi apapun.
C. Dasar-dasar akhlak kepada Lingkungan adalah mencintai
lingkungan, cinta kebersihan, ketertiban dan keindahan,
serta berlaku baik terhadap hewan.
0 comments:
Posting Komentar