Menjelang hari kemerdekaan RI yang ke 80, ditengah meningkatnya harapan akan perubahan nyata kehidupan dan berkehidupan masyarakat setelah pergantian rezim, Indonesia malah diriuhkan dengan berbagai fenomena yang memerlukan evaluasi yang mendalam akan fakta bernegara dan berbangsa.
Perlunya kewarasan dalam melihat dan membaca kondisi dan situasi menjadi syarat mutlak bagi masyarakat jika mereka tidak ingin ikut terbawa dalam arus informasi yang bertolak belakang dari kenyataan ini.
Harapan rakyat akan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik, meskipun secara resmi telah disampaikan pemerintah bahwa ekonomi telah mengalami pertumbuhan 5,12 persen, namun sayangnya pernyataan tersebut belum bisa dirasakan oleh rakyat. Fakta sederhana bahwa, lapangan kerja yang dijanjikan sebesar 19 juta malah dibayar PHK yang meraja lela dimana-mana dan investasi dalam industri padat karya malah semakin maya.

Lain janji, lain fakta setelah berkuasa. Tapi tak ada kata maaf atau karena belum habis tahun 2025.
Lain lagi fakta para pembantu dipelaksana masing-masing divisi. Ada yang mengalahkan MUI dalam urusan sebagai badan pembuat Fatwa tentang hukum Islam. Tanpa malu dan sombong hati mensejajarkan pajak dengan zakat wakaf dan sadakah juga barangkali.
Atau ada yang lupa siapa pemilik negeri ini, sehingga berfatwa juga kalau rakyat tidak punya hak milik atas tanah negeri ini.
Malah ada juga yang lupa kalau yang berdaulat di negeri ini adalah rakyat, bukan pejabat atau penguasa manapun sehingga bisa berkata dan berbuat sekehendak hati dengan dalih untuk kemajuan rakyat tapi itupun tak pasti.
Atau buat kebijakan yang diluar logika, blokir rekening nganggur karena terindikasi kejahatan cuci uang dan judol. Kalau cuci uang dipastikan isi rekening akan cepat bertransformasi dari dalam rekening ke investasi. Kalau dipakai judol, sudahlah tentu akan ada rapid transaksi, masuk keluar rapidly.
Dari semua yang kontroversi, malah takut pada gambar seperti ini.
yang cuma gambar anime dari film kartun kesenangan anak gue.
Ada yang lebih sadis dari klaim kontroversi, ditengah surplus beras dan swasembada, harga beras malah melambung tinggi, sampai berasnya tidak kebeli, sementara petani padi tetap saja belum bisa beli mercy, malah ada pihak lain yang dengan santai bisa beli jet pribadi dari jual olahan padi.
Lalu harapan dan doa apa yang masih tersisa bagi hati-hati yang merintih menghadapai musuh dasar negeri ini, sementara yang berkuasa bisa makan siang dalam rapat dengan anggaran 200 ribuan, semenatara untuk makan bergizi anak-anak negeri cukup 10 ribu dan diklain itu sudah full gizi.
Inilah fakta 80 tahun kemerdekaan negeri ini, apakah rakyat perlu bersyukur atas kemerdekaan ini karena telah terbebas dari jajahan bangsa lain, tapi dalam situasi "terjajah" yang mengaku bangsa sendiri. Apakah terlihat satu kebijakan kecil saja yang memihak pada rakat atau semua kebijakan untuk kepentingan para pejabat.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
0 comments:
Posting Komentar